Jumat, 22 Juni 2012

KRATON JOGJAKARTA



Kraton Yogyakarta berdiri pada tahun 1755. Bangunan Kraton ini dipagari beteng yang luas jaraknya sekitar 5 Km. Kraton jogja memiliki dua alun-alun, Alun-alun adalah bagian dari keraton yang merupakan tempat terbuka dan luas yang terletak di depan maupun di belakang keraton. Alun-alun, sebagai tempat yang luas dan terbuka digunakan untuk berbagai keperluan seperti sodoran, rampogan macan, latihan ketangkasan dan ketahanan mental bagi prajurit, upacara-upacara kebesaran, pepe 'berjemur' untuk menghadap raja, dan sebagainya.
    Alun-alun Kidul. Nama bagian dari wilayah Keraton Yogyakarta yang berupa tanah lapang/lapangan luas yang terletak di sebelah selatan keraton (masih dalam jeron 'dalam' benteng). Alun-alun berarti lapangan yang luas yang berada di depan dan di belakang keraton. Jadi, Alun-alun Kidul adalah alun-alun yang terletak di selatan keraton. Alun-alun Kidul sering pula disebut sebagai pengkeran. Pengkeran berasal dari kata pengker (bentuk krama) dari mburi 'belakang'. Hal tersebut sesuai dengan keletakan Alun-alun Kidul yang memang terletak di belakang keraton.
    Alun-alun Lor. Nama bagian dari kesatuan kompleks Keraton Yogyakarta yang berupa tanah yang lebar/lapang dan terletak di sebelah utara keraton. Alun-alun Lor berfungsi untuk tempat latihan ketangkasan dan ketahanan mental para prajurit. Di samping itu, Alun-alun Lor juga berfungsi sebagai tempat untuk menyelenggarakan acara sekatenan, tempat berkumpulnya rakyat untuk menghadap sultan, dan tempat penyelenggaraan berbagai upacara kenegaraan. Sampai sekarang pun Alun-alun Lor masih berfungsi demikian di samping difungsikan juga untuk aneka macam keperluan seperti olah raga, pameran, muktamar maupun MTQ.
    Pada empat titik pojok bangunan beteng ada bangunan kecil dan disebut sebagai pojok beteng. Pojok beteng ini ialah bangunan tembok yang pada jaman dulu berfungsi sebagai tembok pertahanan yang mengelilingi kompleks Keraton Yogyakarta. Benteng ini berbentuk persegi dengan ketingian 3,5 meter, lebar 3-4 meter. Panjang tembok di setiap sisinya rata-rata adalah 1000 meter. Bangunan ini dibuat dari bahan batu merah dengan ukuran yang variatif. Benteng ini pada zaman dulu dikelilingi oleh jagang (parit) selebar empat meteran dan sedalam tiga meteran. Akan tetapi jagang itu sudah tidak ada lagi. Kondisi benteng pun sudah berubah dari bentuk semula karena berkembangnya permukiman penduduk di sekitarnya.
Pintu masuk ke beteng Kraton melalui apa yang disebut sebagai plengkung. Di dalam bangunan beteng selain ada bangunan Kraton, tempat tinggal Raja, disekitarnya ada sejumlah kampung sebagai tempat bermukim penduduk, yang pada jaman dulu merupakan abdi dalem Kraton, namun pada perkembangan berikutnya, hingga sekarang, orang yang tinggal di dalam beteng Kraton tidak harus sebagai abdi dalem, tetapi bisa orang dari etnis lain, suku batak misalnya, yang bertempat tinggal di sana lantaran telah membeli tanah berikut bangunan rumah dari pemilik sebelumnya, atau, bisa juga kost atau kontrak di wilayah kecamatan Kraton di lingkungan, dalam istilah lokalnya, "njeron beteng" (dalam beteng). Jadi, pemukim yang tinggal di "njeron beteng" Kraton tidak selalu berkaitan dengan Kraton. Bisa sama sekali terpisah dan tak ada ikatan apapun, kecuali hanya bertempat tinggal karena telah membeli tanah berikut bangunan yang ada di "njeron beteng". 
dari berbagai sumber

Tidak ada komentar: