Kraton Yogyakarta berdiri pada tahun 1755.
Bangunan Kraton ini dipagari beteng yang luas jaraknya sekitar 5 Km. Kraton jogja memiliki dua alun-alun, Alun-alun adalah
bagian dari keraton yang merupakan tempat terbuka dan luas yang terletak di
depan maupun di belakang keraton. Alun-alun, sebagai tempat yang luas dan
terbuka digunakan untuk berbagai keperluan seperti sodoran, rampogan macan,
latihan ketangkasan dan ketahanan mental bagi prajurit, upacara-upacara
kebesaran, pepe 'berjemur' untuk menghadap raja, dan sebagainya.
Alun-alun Kidul. Nama bagian dari wilayah Keraton Yogyakarta yang berupa tanah
lapang/lapangan luas yang terletak di sebelah selatan keraton (masih dalam
jeron 'dalam' benteng). Alun-alun berarti lapangan yang luas yang berada di
depan dan di belakang keraton. Jadi, Alun-alun Kidul adalah alun-alun yang
terletak di selatan keraton. Alun-alun Kidul sering pula disebut sebagai
pengkeran. Pengkeran berasal dari kata pengker (bentuk krama) dari mburi
'belakang'. Hal tersebut sesuai dengan keletakan Alun-alun Kidul yang memang
terletak di belakang keraton.
Alun-alun Lor. Nama
bagian dari kesatuan kompleks Keraton Yogyakarta yang berupa tanah yang
lebar/lapang dan terletak di sebelah utara keraton. Alun-alun Lor berfungsi
untuk tempat latihan ketangkasan dan ketahanan mental para prajurit. Di samping
itu, Alun-alun Lor juga berfungsi sebagai tempat untuk menyelenggarakan acara
sekatenan, tempat berkumpulnya rakyat untuk menghadap sultan, dan tempat
penyelenggaraan berbagai upacara kenegaraan. Sampai sekarang pun Alun-alun Lor
masih berfungsi demikian di samping difungsikan juga untuk aneka macam
keperluan seperti olah raga, pameran, muktamar maupun MTQ.
Pada empat titik pojok bangunan
beteng ada bangunan kecil dan disebut sebagai pojok
beteng. Pojok beteng ini ialah bangunan tembok yang pada jaman dulu
berfungsi sebagai tembok pertahanan yang mengelilingi kompleks Keraton
Yogyakarta. Benteng ini berbentuk persegi dengan ketingian 3,5 meter, lebar 3-4
meter. Panjang tembok di setiap sisinya rata-rata adalah 1000 meter. Bangunan
ini dibuat dari bahan batu merah dengan ukuran yang variatif. Benteng ini pada
zaman dulu dikelilingi oleh jagang (parit) selebar empat meteran dan sedalam
tiga meteran. Akan tetapi jagang itu sudah tidak ada lagi. Kondisi benteng pun
sudah berubah dari bentuk semula karena berkembangnya permukiman penduduk di
sekitarnya.
Pintu masuk ke beteng Kraton melalui apa yang
disebut sebagai plengkung. Di dalam bangunan beteng selain ada bangunan Kraton,
tempat tinggal Raja, disekitarnya ada sejumlah kampung sebagai tempat bermukim
penduduk, yang pada jaman dulu merupakan abdi dalem Kraton, namun pada
perkembangan berikutnya, hingga sekarang, orang yang tinggal di dalam beteng
Kraton tidak harus sebagai abdi dalem, tetapi bisa orang dari etnis lain, suku
batak misalnya, yang bertempat tinggal di sana lantaran telah membeli tanah
berikut bangunan rumah dari pemilik sebelumnya, atau, bisa juga kost atau
kontrak di wilayah kecamatan Kraton di lingkungan, dalam istilah lokalnya,
"njeron beteng" (dalam beteng). Jadi, pemukim yang tinggal di
"njeron beteng" Kraton tidak selalu berkaitan dengan Kraton. Bisa
sama sekali terpisah dan tak ada ikatan apapun, kecuali hanya bertempat tinggal
karena telah membeli tanah berikut bangunan yang ada di "njeron
beteng". dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar